Kali ini materi dari Pak Hendi, tentang penyakit yang sangat familiar di masyarakat, yaitu selesma dan Influenza (flu).
Banyak yang menyamakan penyakit ini, tetap ternyata berbeda. Dari mana bedanya?
Mari kita lihat dengan penjelasan di bawah ini :
Ini materi yang saya dapat dari perkuliahan di kampus dan sebagian dapat dari referensi lain. Untuk yang dari referensi lain, saya cantumkan sumbernya ya~~
Silakan menyimak!
Okay, lets learn about Self Medication and First Aid!
It`s time to share you about common disease, cold and influenza! Class was taught by Mr. Hendi.
Some people think that 2 kind of these diseases are same. But actually it s not right.
Now lets check the difference!
Note : I also put some info from many source, and I`ll take the credits :D
___________________________________________________________________________________
SELESMA
DAN INFLUENZA
DEFINISI
Selesma adalah iritasi/peradangan dari
selaput lender hidung yang disebabkan oleh virus. Virus yang menyerang adalah
jenis virus selesma (cold virus atau
rhinovirus).
Influenza (juga
disebut flu) adalah infeksi saluran pernapasan oleh virus.
Influenza disebabkan oleh virus Haemophylus
influenzae yang memiliki berbagai type, yaitu type A, B, dan C.
Dilihat dari definisinya
sudah jelas bahwa selesma dan flu itu berbeda, karena jenis virus yang
menyerangnya berbeda.
Namun ada juga istiah yang
cukup sering kita dengar di masyarakat, yaitu rhinitis alergi.
Rhinitis alergi adalah selesma yang disebabkan oleh alergi.
GEJALA
Di bawah ini disajikan perbedaan
antara selesma dan Influenza, yang diambil dari
Perbedaan gejala selesma dan flu |
CARA PENULARAN
·
Udara
(bersin, batuk, berbicara)
·
Peralatan
/ barang-barang yang sudah terkontaminasi virus.
·
Masa
inkubasi penyakit ini berkisar antara 1-3 hari.
Maka
inkubasi adalah waktu yang diperlukan oleh virus dari awal invasi ke dalam
tubuh hingga timbul gejala penyakit.
PENCEGAHAN
·
Meningkatkan
dan memelihara kondisi tubuh
·
Hindari
kontak langsung dengan penderita, namun jangan memojokkan penderita.
·
Menjaga
higieni dan sanitasi, baik badan maupun lingkungan.
·
Untuk
penderita, dianjurkan untuk menggunakan masker selama terserang penyakit
selesma atau flu.
PENGOBATAN
Pengobatan Non Farmakologi
·
Memperbaiki
higieni, sanitasi, dan kondisi tubuh
·
Untuk
mengencerkan secret : minum banyak cairan, menghirup uap air panas, penggunaan
larutan isotonic.
·
Ukur
suhu badan tiap 4-6 jam
·
Kompres
hangat untuk demam
·
Minum
yang banyak untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena demam
·
Istirahat
yang cukup untuk memulihkan daya tahan tubuh.
Yang
perlu diperhatikan di sini adalah kompres hangat untuk demam. Karena masyarakat
sering mengurangi demam dengan cara kompres dingin. Padahal cara tersebut
kurang tepat.
Untuk demam
seharusnya yang dilakukan adalah kompres hangat, dengan kompres hangat maka
pori-pori di permukaan kulit menjadi melebar, dan panas yang ada dalam tubuh
bisa keluar dengan mudah bersama keringat. Dengan demikian panas yang ada dalam
tubuh menjadi cepat hilang bersama keringat. Keringat juga dapat berfungsi
sebagai pendingin tubuh jika keluar dan terkena udara.
Berbeda halnya
dengan kompres dingin, kompres dingin dapat menyebabkan pori-pori kulit menjadi
mengerut, sehingga keringat yang membawa panas tertahan di bawah kulit dan
tidak bisa keluar. Hal ini menyebabkan panas tetap tertahan dalam tubuh dan
suhu tubuh pun lambat mengalami penurunan.
Dengan demikian,
untuk mengatasi demam cara yang tepat adalah dengan kompres hangat.
Pengobatan Farmakologi
Untuk mengatasi
selesma dan influenza, diperlukan daya tahan tubuh yang baik. Karena pada
dasarnya, yang bertindak membunuh virus influenza/selesma yang masuk itu adalah
sistem imun tubuh kita sendiri. Sedangkan terapi obat, sebagian besar hanya
digunakan untuk mengatasi dan mengurangi gejala penyakit yang cukup mengganggu.
Sehingga obat-obat
yang biasa diberikan untuk mengatasi selesma dan influenza biasanya adalah
obat-obat penurun panas, analgetik, anti histamine/anti alergi, dan obat-obat
untuk mengatasi sekret yang dimaksudkan untuk mengurangi gejala-gejala penyakit.
Bila perlu ditambahkan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga
sistem imun mampu untuk membunuh virus penyebab penyakit.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian obat dengan berbagai macam kondisi tubuh pasien. Terutama untuk ibu hamil dan menyusui.
Karena penggunaan obat pada pada ibu hamil beresiko lebih tinggi daripada orang normal (tidak mengandung).
Ada 5 kategori obat untuk ibu hamil :
Indeks Keamanan Obat pada kehamilan
Suatu pedoman berdasarkan kategori
US FDA mengenai kemanan pemberian obat pada kehamilan. FDA mengkategori obat
menjadi 5 kategori yaitu kategori A, B, C, D, X
Kategori A : Studi terkontrol pada wanita
tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin pada kehamilan trimester 1
(dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya), dan sangat
kecil kemungkinan obat ini membahayakan janin.
Kategori B : Studi terhadap reproduksi
binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin tetapi
belum ada studi terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil. Atau studi terhadap
reproduksi binatang percobaan memperlihatkan efek samping (selain penurunan
fertilitas) yang tidak didapati pada studi terkontrol pada wanita hamil
trimester 1 (dan ditemukan bukti adanya risiko pada kehamilan berikutnya)
Kategori C : Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin ( teratogenik atau embriosidal),
dan studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau
tidak dapat dilakukan. Obat pada kategori ini boleh diberikan jika besarnya
manfaat terapeutik melebihi risiko yang terjadi pada janin.
Kategori D : Terdapat bukti adanya risiko pada
janin (manusia), tetapi manfaat terapeutik yang diharapkan mungkin melebihi
besarnya risiko ( misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi kondisi
mengancam jiwa atau penyakit serius bilamanan obat yang lebih aman tidak dapat
digunakan atau tidak efektif)
Kategori X : Studi pada manusia atau binatang
percobaan memperlihatkan adanya abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti
adanya risiko pada janin. Dan besarnya risiko obat ini digunakan pada ibu hamil
jelas-jelas melebihi manfaat terapeutiknya. Obat yang termasuk kategori ini
dikontrindikasikan pada wanita yang sedang atau kemungkinan hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar