Rabu, 19 Oktober 2011

Black Sparkle II

Second chapter!
____________________________________________________




Kegelapan itu merambat perlahan. Membawa keheningan tak terperi.
Menghantui jiwa-jiwa yang sunyi.
Kegelapan itu mendekat. Mendesak masuk ke jiwa yang kosong.
Mencekam. Mengundang rasa takut.
Menghancurkan harapan hingga lebur.
Kegelapan itu menghampirinya. Mendesahkan dingin.
Mengambil setiap atom oksigen dari paru-parunya.
Membuai kesadarannya.
Mengajaknya pada kegelapan yang sesungguhnya.
***

Merkurius membuka matanya. Nafasnya memburu. Keringat membanjiri tubuhnya..
Mata peraknya menjelajahi setiap sudut ruangan itu dengan liar. Adrenalin yang meledak dalam tubuhnya
membuat darahnya mengalir deras di setiap inci tubuhnya yang membuatnya waspada.
Dia mencari sepasang mata itu.
Mata yang terus mengamatinya dalam diam.
Mata itu menikmati ketakutannya.
Mata yang menunggunya di suatu tempat.
Di suatu tempat di kegelapan.
Mata itu menantinya.
***

"Dia belum menyentuh makanannya sejak kemarin, Yang Mulia," pesuruh itu membungkuk hormat di
hadapan Uranus yang mengamati keadaan di luar jendela yang gelap.

"Dia seperti ketakutan. Semenjak kemarin pula, ia terus menggigil." lanjut pria berusia tiga puluhan itu.
Uranus lantas mengalihkan pandangannya pada pesuruh itu. Keningnya berkerut.

"Ketakutan?" ulangnya. Tak yakin dengan pendengarannya.Tapi pesuruh itu mengangguk.

"Itu menurut pengamatan hamba, Yang Mulia." jawab pesuruh itu. Pemandangan di luar jendela kembali
menyita perhatian Uranus. Pesuruh itu mengambil nafas lalu berucap, "Sepertinya dia terus bermimpi
buruk....."

"Aku tau," Uranus memotong perkataan si pesuruh. Pesuruh itu mengangguk hormat.

"Begitu lah keadaannya, Yang Mulia,"
Uranus hanya diam. Merasakan angin malam selatan menerpa wajahnya. Ia masih menikmati pemandangan
tanpa cahaya di luar lewat jendela berteralis di hadapannya.

"Suruh semua prajurit bersiaga. Malam ini akan jadi malam yang panjang." titahnya sepuluh menit kemudian
tanpa menoleh.
Sang pesuruh mengangguk mengerti.

"Segera, Yang Mulia," jawabnya. "Mengenai Tuan Jupiter......"

"Dia tak akan kembali dalam waktu dekat." sahut Uranus. Pesuruh itu terdiam. "Tapi, dia pasti kembali,"
Uranus menghela nafas.

"Dan bawa gadis itu padaku, sekarang,"
***

Sebuah cahaya yang lebih terang menyilaukan matanya. Merkurius mencoba menghalau rasa silau dengan
tangannya. Ia hanya diam ketika penjaga sel itu membuka pintu sel tahanannya dan melepaskan borgolnya.
"Paduka ingin bertemu denganmu," ucap si penjaga tanpa ekspresi. 'Paduka?'
Penjaga itu pun menyeretnya setelah tak mendapat sahutan seperti yang diperkirakannya.
Merkurius tahu. Cepat atau lambat pasti akan seperti ini. Ia dibawa sampai di tempat seperti ini
pasti karena tujuan tertentu. Bukan ditahan tanpa arti.
Bulu kuduk Merkurius seketika berdiri. Merasakan sebentuk energi yang besar yang tak terdeteksi oleh
orang lain.
Sepasang mata itu.
Mata itu menyeringai. Mata itu menginginkannya.
Tanpa disadarinya, kini Merkurius dan tiga orang pengawal yang menjemputnya memasuki terowongan
gelap yang panjang.
Tak ada sumber penerangan lain selain dua obor yang dibawa sang pengawal. Ia bergidik ngeri.
Sepertinya memang tak ada kesempatan kabur untuknya.
Lagi pula tempat ini terlalu asing.
Kini mereka sampai di hadapan sebuah pintu dari kayu yang kokoh. Merkurius menarik nafas.
___TBC____

Tidak ada komentar:

Posting Komentar