Rabu, 19 Oktober 2011

Black Sparkle

Yes, actually I love story telling :p
I`m used to make Korean fan fiction, but now I`m kinda make other kind of story.
Anyway, I`ve already posted this story in one of my social networking~
You maybe found it before, and yes, this is pure my own story ^^
Just check it~ :D
______________________________________________________________

Black Sparkle

Kastil Nebula

''Bukan kah hari ini dia berjanji akan datang?'' Venus memainkan pena bulu phoenix-nya dengan resah. Taburan manik warna-warni menyapu segulungan perkamen yang terhampar di hadapannya.

"Apakah kau tak melihat tanda-tanda kemunculannya?" Ia kembali bertanya dengan tatapan mata yang liar. Kemudian bangkit dari tempat duduknya menghampiri jendela bertirai sutra berwarna emas itu. Mata bening coklat kekuningan miliknya dengan jeli mengamati pemandangan di luar jendela. Tapi tak ada siapa-siapa di sana seperti yang diharapkannya.

"Katakan padaku, Merkurius. Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana? Mengapa dia belum menampakkan dirinya di hadapanku sekarang? Dimana Jupiter-ku?!" Akhirnya kilatan marah tampak di matanya karena jawaban yang diharapkannya tak kunjung meluncur dari bibir orang yang berdiri tak jauh darinya sekarang.
Satu-satunya orang yang ada di ruangan itu selain dirinya. Merkurius, wanita itu hanya bisa memandangi dengan prihatin wanita yang sedang galau di hadapannya tanpa berkata apa-apa.

"Pergi kau! Tiada guna!" Makinya dengan amarah menyentuh ubun-ubun, kemudian terisak. Merkurius mundur teratur, hampir tanpa suara meninggalkan kamar putri itu. Ia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia tak akan memberitahukannya. Tidak untuk saat ini. Setelah keluar dari ruangan itu ia bergegas berlari sambil menyingsing gaun hijau lumut yang dikenakannya. Ia berusaha keras untuk meredam suara derap langkahnya agar tak berbunyi nyaring walau ia tahu tak ada siapa-siapa di lorong kecil ini sekarang. Bahkan penjaga kastil sekali pun. Semua pasti sedang terlelap. Ini terlalu pagi untuk terjaga. Tak lama, wanita itu pun sampai di tempat yang ditujunya. Kebun belakang kastil. Kebun anggur itu selalu wangi ketika dini hari.Merkurius berusaha menajamkan penglihatannya di subuh yang begitu temaran itu. Ia mencari satu sosok, dan ingin segera berbicara padanya. Hingga.....
"Huhmmm!!!!" Seseorang menariknya ke sudut gelap dan membungkam mulutnya. Merkurius panik. Ia berusaha memberontak, tapi ia tak punya cukup tenaga. Apalagi dengan pakaian seperti sekarang ini. Ia terkungkung dalam balutan gaun yang ketat.

"Sttttt....! Ikuti perintahku dan kau akan baik-baik saja," bisikan di telinga kanannya membuat tubuh Merkurius mendadak kaku karena tegang. Dinginnya bibir yang menyentuh telinganya tadi turut membuat bulu kuduknya merinding. Tak lama kemudian, sebuah benda tajam menghampiri leher halusnya. Ia hanya bisa pasrah di seret sosok itu dalam gelap.

Tidak! Bukan ini yang ia harapkan terjadi. Ia tak mengenali suara itu. Sepertinya keadaan benar-benar di luar dugaannya sebelumnya. Seharusnya ia menemukan Jupiter di sini. Tapi dimana dia? Kenapa ia malah bertemu dengan orang asing ini? Atau kah......?Merkurius tersentak ketika suatu pikiran tiba-tiba melintas di kepalanya dan semakin membuatnya panik.'Apa ini?!' Segumpal kain melingkupi dihidungnya dengan bau yang menyengat. Tak lama pandangannya kian kabur. 'Sial, pembius!' Makinya dalam hati. Perlahan, kesadarannya terus digerogoti senyawa itu hingga musnah. Merkurius terlelap. Tubuhnya yang terlihat mungil di tangan sosok berjubah hitam itu dengan mudah dinaikkan ke atas kuda, dan berlalu dari tempat itu menuju suatu tempat yang tak pernah terbayangkan oleh orang-orang sebelumnya.
****
Merkurius membuka matanya perlahan, rasanya baru saja ia pulih dari keterkejutan, tangannya sudah dijalari rasa dingin dari sesuatu yang sangat keras dan mencengkram tangannya kuat.
'Srekk!!' Merkurius mencoba memerdekakan tangannya, arght! Borgol besi! Terlalu kuat! Dan ia terlalu lemah sekarang. Baru bergerak sedikit saja kepalanya kembali ngilu.

Merkurius memandangi tempatnya berdiam sekarang. Apa-apaan ini?! Dimana dia sekarang? Penjara bawah tanah? Kepalanya semakin sakit karena kepanikannya ketika menyadari ia sekarang terkurung dalam ruangan sempit dengan teralis besi yang memenjarakannya dengan kokoh. Dan ia hanya tergeletak berbaring tak berdaya di lantai semen kasar yang dingin dan berdebu, juga tangan yang diborgol ke dinding.

Merkurius pun berusaha untuk duduk tegak dengan perlahan dan ringisan kecil dari bibirnya. Tak berapa lama, seseorang mendekat ke arahnya. Seorang laki-laki dengan perawakan sedang, dan berjubah hitam. Ia juga menutup setengah wajahnya dengan kain hitam untuk menyembunyikan identitasnya.

Laki-laki itu berhenti tepat di hadapan Merkurius. Sejenak keduanya saling menatap walau terhalang teralis. Merkurius menatapnya tajam. Entah kenapa, ia hanya berasa ada yang berbeda dengan sosok ini. Ah, mungkin hanya perasaannya saja. Merkurius mencoba mengabaikannya.

"Siapa kau?" Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Merkurius, dengan nada dingin. Laki-laki itu tak menjawab, hanya terus menatap manik hijau di mata wanita di hadapannya hingga beberapa lama. Lantas membalikkan badannya dan berlalu. Merkurius menatap kepergiannya dengan terbelalak.
'Apa yang baru saja dilakukannya?'
****

Kastil Nebula
"Dimana Merkurius?" Venus benar-benar panik mendapati pelayannya yang paling setia kini turut menghilang setelah pengawalnya, Jupiter, lebih dahulu tak ada kabar. "Pengawal! Kuperintahkan kau untuk mencari Merkurius! Jangan kembali sampai kau menemukannya! kalau kau perlu, cari keluar kastil!"

"Maaf, Yang Mulia Putri. Tapi keadaan di luar sangat tidak kondusif. Pemberontak sekarang sungguh sangat berbahaya,"

"Aku tidak peduli! Cari Merkurius-ku sekarang juga!" Venus kembali terisak. Ia terduduk frustasi di meja kerjanya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Arght!!!!" Dijatuhkannya semua barang-barang yang ada di meja hingga pecah berantakan. Pengawal yang di sana pun pamit berlalu.

"Pemberontak b******k! Lihatlah nanti ketika kalian berhasil kutemukan," Maki Venus di sela tangisnya. Sejenak ia memandang dengan tatapan penuh benci ke sebuah figura yang telah pecah karena terjatuh dari atas meja tadi.
"Uranus. Aku bersumpah akan membunuhmu dengan tanganku ketika aku menemukanmu dan tak akan membiarkan kerajaan ini jatuh ke tangan kejimu! Pengkhianat! Aku tak pernah menyangka kau mengkhianati keluargamu sendiri!"
----TBC----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar